Rindu Kesah Kesepian | Buku Pujangga

Rindu Kesah Kesepian

Seberapa puas waktu tersenyum melihat kaki berjalan sendiri. Tanpa pegangan. Tanpa acuan. Tanpa kemunafikan. Juga tanpa tuntun berlebihan.

Aku harus berjalan tanpamu berada. Aku harus hadapi asamnya angin-angin penyesat. Juga tanpa ada dirimu yang kemarin menjadi pilar. Aku bertahan dikeseharusan.

Laksana awan. Haruskah aku berjalan ikuti angin yang ada. Haruskah aku jatuh di hulu cerita lalu terbang kembali setelah dimuara. Ataukah harus aku diam dalam kepasrahan cerita.

Ketika engkau datang. Bibir ini bergemeretak. Seraya ingin memeluk erat. Seraya ingin menangis lepas. Seraya berkata, betapa rapuh jalan ceritaku tanpamu disini berada.

Seandainya kehidupan tak mencemo'oh pinta. Tinggal lah lama di dekat sepiku selamanya. Karna dengan menatap kedua matamu sudah cukup redam keluh hidupku. Karna dengan pendengaran yang engkau punyai itu slalu tenangkan segala adu resahku. Semoga paham melingkupi pemahamanmu tentang aku yang tak bisa berjalan hidup tanpa campur tanganmu disana.

Aku diatas kesepian. Aku diatas kesunyian. Aku diatas taman para penyair kehidupan. Ada alam yang senantiasa beri perwakilan menggantikanmu sementara.

Arif JMSH
facebook Comments
0 Bloggers Comments

0 Response to "Rindu Kesah Kesepian"