Ketika engkau katakan takkan pernah ada yang sempurna. Telah benar engkau pahami kah kata bijak itu disana. Telah benar engkau mengertikan kah kata bijak itu didalam benak kepalamu itu. Kasih…engkau yang sempat tempati jua miliki hati ini… Dengarlah apa yang ingin dikatakan hati yang sempat kau sayangi ini kemarin. Kucintaimu diatas rasa kasih sayang yang amat tulus. Namun mengapa kini engkau memilih tuk tinggalkanku disini hanya karna mungkin aku bukanlah bagian dari mimpimu itu. Hanya karna satu kekurangan yang kumiliki ini kini kau begitu amat ringan hati sepertinya tuk sakitiku. Hanya dengan melukaiku sepeti saat ini kah mimpimu itu terbentuk nyata tuk engkau rengkuh dan abadi tuk kau jadikan sandaran hidup matimu.
Dengarlah engkau wahai satu kekasih yang kemarin sempat bahagiakanku jua yang kini tengah melukaiku. Pantaskah besarnya ketulusan yang dimiliki hati ini hanya bisa engkau jadikan bagai jembatan tuk kau meraih mimpi yang tak pernah kuketahui itu. Pantaskah aku yang amat mencintaimu tulus ini engkau campakan begitu saja diujung cerita ini. Pantaskah engkau yang berkata mencintaiku itu dengan teganya memperlakukanku tak lebih sekedar bagai gudang gandum bagi rakyat kelaparan disana. Dan pantaskah kini kukatakan engkau yang terbaik yang memahamiku daripada mereka mantan penghuni hatiku setelah kini disini kekejaman caramu meninggalkanku melebihi mereka tersebut.
Dengarlah engkau wahai satu kekasih yang kemarin sempat bahagiakanku jua yang kini tengah melukaiku. Tinggalkanlah aku juga segenap tentangku disini. Karna hati ini tak ingin biarkan segenap kebencian ini semakin memuncak padamu. Laksana sang awan guman yang tengah berjalan diatasku kini. Pergilah bersamanya tanpa harus menoleh kepadaku yang terluka kini. Tinggalkan aku dan cinta ini yang tak bisa membiarkanmu tetap tinggal disini.